Marriage of Convenience : Kisah yang Manis dengan Premis yang Unik
Judul buku : Marriage of Convenience
Penulis : Shanti
Tahun Terbit : Juli 29, 2015
Tebal: 320 halaman
Penerbit: Elex Media
ISBN: 9786020644394
Rating: 2.5/5
Blurb
-Krishna-
Aku menatap lembaran kertas di tanganku, berusaha keras memahami isinya. Oh bukan, aku paham betul apa isinya. Lebih tepatnya sih, berusaha keras untuk menerima isinya. Kenyataan pahit. Bahwa aku, Krishna Satya Sangkala, tidak akan pernah merasakan indahnya menjadi seorang ayah.
-Dita-
Aku menatap rintik hujan yang semakin menderas. Tidak berniat sedikit pun untuk beranjak dari bangku taman yang kududuki sejak 3 jam yang lalu. Berharap butiran hujan bisa membantuku menghapus rasa sakit itu. Di sini, di dadaku. Dan di sini. Aku meraba perutku perlahan. Yah, Nak. Sekarang hanya tinggal kita berdua. Kenyataan pahit. Bahwa aku, Anindita Sahaja, akan menjadi single mother.
Review Buku Marriage of Convenience
Well, i know I'm late of this review. But, yeah, let's going on.
Frankly, aku akan menyebut Krishna sebagai seorang pengecut sejati. Tapi sebelum itu, kita bahas dulu soal novel ini.
Setelah sekian lama--yg aku sendiri lupa kapan tepatnya--aku kembali membaca novel dengan bahasa yang ringan, yang somehow itu membuat aku throwback ke masa-masa remajaku. Tambahan, aku baru baca novel dengan tema pernikahan simbiosis mutualisme yang--bisa dibilang--sedikit diluar nalar, yang aku aja gak pernah kepikiran tentang ini. Tentang seorang lelaki yang kemungkinan punya anaknya itu rendah dan seorang wanita yang hamil diluar nikah.
Konfliknya sih pasaran abis, tentang orang ketiga dan kesalahpahaman. Tapi aku suka cara authornya menyampaikan cerita yang sebenarnya berat karena penuh konflik ini jadi cerita yang dikemas dengan manis dan di beberapa kesempatan bikin aku ketawa. Yah, biarpun kalau ini kejadian di dunia nyata, tokoh-tokohnya pasti bakal kena mental illness akibat kejadian-kejadian memilukan yang menimpa mereka, terutama sang pemeran utama wanita.
Minusnya, aku merasa cerita ini kebanyakan tokoh yang bahkan gak muncul di scene manapun. Cuma modal 'disebut' doang. Juga akhir cerita yang terkesan dipaksakan untuk bisa berakhir seperti yang banyak orang inginkan. Bisa dibilang, endingnya terlalu gak masuk akal dengan premis yang cukup kuat diawal cerita biarpun happy ending juga.
Nah, kenapa aku bilang Khrisna sebagai seorang pengecut sejati?
Siap-siap, ya? Dari paragraf ini aku mau kasih spoiler ahaha.
Jadi, ceritanya dua tokoh utama kita adalah teman semasa SMA, yah pasaran juga kan? Dan udah bisa kalian tebak, Krishna suka sama Dita. Tapi, yah, melihat mantan-mantannya Dita yang kece-kece, bikin Khrisna yang lagi cupu-cupunya itu minder.
Krishna gak pernah bilang suka ke Dita sampai akhirnya pergi London dan lost contact selama bertahun-tahun. Dan secara kebetulan, mereka ketemu lagi di Jakarta waktu adiknya Khrisna, Arimbi, yang juga sahabat Dita mau nikah. Dan darisitu, Khrisna mulai membangun kembali komunikasi dengan Dita yang saat itu sudah hamil.
Shortly, di suatu kesempatan, Dita cerita soal kondisinya dan buat Khrisna menceritakan satu rahasianya yang gak pernah diketahui orang-orang, termasuk Bima sahabat terdekatnya. Setelahnya, Khrisna mengajukan hubungan simbiosis mutualisme pada Dita yang langsung disetujui. Dengan persiapan pernikahan yang kilat, akhirnya keduanya bisa menikah bahkan sebelum acara pernikahannya Arimbi.
Kehidupan rumah tangga Krishna dan Dita maniss banget. Krishna perhatian sama Dita dan bayi yang dikandungnya, tapi Krishna gak pernah senggol-senggol fakta kalau dia cinta Dita dari lama. Dan hal itulah yang buat Dita mengajukan cerai saat kehidupan rumah tangganya diambang kehancuran. Dita menganggap Krishna gak bahagia menjalani kehidupan pernikahan mereka, dan Krishna gak meluruskan persepsi Dita. Jadi, Krishna oke-oke aja saat Dita ngajak cerai. Dia malah milih 'kabur' ke London biarpun akhirnya sih gak jadi karena dinasihatin stranger di tempat boarding. See? Krishna tuh cowok manis yang pengecut abis. Dia baik, perhatian, penuh kasih sayang, pinter, ganteng yang gak punya keberanian.
Yah, biarpun begitu, aku setuju sama apa kata Krishna.
0 Komentar
~ Treat People With Kindness ~