[REVIEW BUKU] Gadis Minimarket (Convenience Store) by Sayaka Murata

GADIS MINIMARKET by Sayaka Murata


Judul buku : Gadis Minimarket [Convenience Store]

Penulis : Sayaka Murata

Alih Bahasa : Ninuk Sulistyawati

Tahun Terbit : Cetakan ketujuh, Juni 2022

Tebal: 160 halaman

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

ISBN: 9786020644394

Rating: 3.5/5

Blurb

Dunia menuntut Keiko untuk menjadi normal,

walau ia tidak tahu "normal" itu seperti apa.

Namun di minimarket, Keiko dilahirkan dengan

identitas baru sebagai "pegawai minimarket".

Kini Keiko terancam dipisahkan dari dunia

minimarket yang dicintainya selama ini...


Review Buku Gadis Minimarket

Sejak kecil, Keiko Furukura hidup sebagai gadis yang (bisa dibilang) psikopat dan antisosial. Hal ini dilihat dari tindakannya yang cukup brutal dalam menyelesaikan masalah. Contohnya, saat melihat kedua teman lelakinya berkelahi, Keiko kecil tanpa ragu meraih sekop dari kotak peralatan yang ada di sebelahnya dan memukul kepala salah seorang dari mereka. Ditambah beberapa kejadian 'kasar' lainnya yang menyebabkan orang tua Keiko dipanggil oleh gurunya. Namun, Keiko sendiri tak mengerti apa yang salah dari tindakan-tindakannya. Hal ini membuat ayah, ibu dan adiknya khawatir. Tapi mereka tetap menyayangi Keiko. Keluarganya selalu memberikan yang terbaik untuk Keiko. Keiko juga pernah diajak untuk konseling, namun tidak ada hasil. 

Keiko tumbuh dewasa tanpa bisa mengekspresikan emosinya. Dalam bahasa ilmiahnya disebut Alexithymia. Yang ia lakukan hanya 'meniru' ekspresi orang-orang di sekitarnya; para rekan kerja di minimarket. Hal-hal itulah yang semakin membuat keluarganya khawatir dan terus berharap Keiko bisa menjadi manusia yang normal.

Diriku saat ini adalah hasil bentukan orang-orang di sekitarku. Tiga puluh persen berkat Izumi, 30 persen berkat Sugawara, 20 persen berkat manager, dan sisanya  berkat orang-orang dari masa lalu, seperti Sasaki yang berhenti kerja setengah tahun lalu dan Okasaki, penyelia kami hingga tahun lalu.
 

Keiko tidak tahu 'bagaimana menjadi normal?' itu. Namun ia selalu merasa dirinya 'normal' saat bekerja di minimarket karena Keiko bisa menjaga sikapnya dengan standar dan aturan yang ditetapkan oleh minimarket tempatnya bekerja. Itulah sebabnya Keiko terus menjadi pekerja part time di minimarket selama 18 tahun. Ia hanya fokus pada minimarket tanpa memikirkan hal lainnya. Hal itu yang semakin membuatnya kesulitan saat beberapa temannya mulai menanyakan dirinya yang belum juga menikah.

Hingga suatu saat, Shiraha, seorang pekerja part time lainnya membuat masalah di minimarket hingga dipecat oleh manager. Namun, Shiraha justu bertemu Keiko dan mereka saling bertukar pandangan tentang dunia yang normal menurut versi mereka masing-masing. Keiko menawarkan solusi pada Shiraha dengan imbalan Shiraha bisa menjadi alasan baginya untuk menghindar dari pertanyaan “mengapa belum menikah?”.

Hubungan keduanya terlihat aneh di mata orang-orang yang melihatnya. Mereka tidak mengerti dengan keputusan Keiko 'memelihara' Shiraha yang merupakan seorang pengangguran dengan masa depan yang suram. Tapi, melihat Keiko membawa lelaki ke rumahnya saja sudah merupakan suatu kemajuan. Jadi, mereka tak begitu mempermasalahkannya.

Tapi, lagi-lagi Keiko dihadapkan oleh pilihan yang sulit saat harus dipisahkan dari minimarket. Bagaimana ia menghadapi masalahnya itu?

Novel ini dibuka dengan cerita sekilas saat Keiko semasa kecil yang cukup bermasalah dan membuat aku (sebagai pembaca) geleng-geleng kepala. Diceritakan pula bagaimana caranya Keiko bisa menjadi pegawai part time di minimarket. 

Di pertengahan cerita, aku sempet ngerasa bosen bacanya karena kehidupan Keiko yang super duper flat. Sampai dimana hidup Keiko bersinggungan dengan Shiraha. 

Shiraha ini laki-laki parasit yang pemalas dan bergantung hidup pada Keiko. Di sepertiga bagian novel ini, aku akhirnya merasakan emosi yang berapi-api karena sikap Shiraha. 

Meski novel ini ditutup dengan adegan yang kurang aku suka, tapi disisi lain juga memberikan insight baru untukku. Novel ini seolah memberikan kita 'nasihat' untuk gak terpaku pada dogma yang ada di masyarakat dan terus melanjutkan hidup seperti yang kamu mau. Keluar dari zona nyaman itu bagus, tapi kenyamanan juga nomor satu.

Keiko bisa aja cari pekerjaan tetap dan gak menghabiskan 18 tahun hidupnya di minimarket kecil yang bahkan gak seberapa dibandingkan pekerjaan-pekerjaan hebat lainnya, tapi minimarket dan Keiko sudah melebur jadi satu. Jiwa Keiko adalah minimarket. Ada pergulatan batin dalam diri Keiko saat dihadapkan oleh keadaan untuk keluar dari minimarket yang telah membuatnya hidup kembali sebagai 'manusia normal'.

Last but not least, aku merekomendasikan novel Gadis Minimarket ini jadi bahan bacaan kamu untuk mengisi hari libur yang singkat. 

Posting Komentar

0 Komentar