Banyak banget temen aku yang minta review tentang film ini setelah aku posting e-tiket di status WhatsApp. Jadi kayaknya, aku perlu deh posting review film ini (secara menyeluruh) di sini. Ah, dan good news nya.. Katanya film ini juga banyak diminta untuk tayang di Singapura, Malaysia dan Brunei loh! Mungkin itu sebabnya film ini memuat subtitel english.
Disclaimer:
Aku gak nonton film ini karena kebawa ((viral)) di TikTok karena jujurly aku sama sekali gak main TikTok. Aku bahkan baru tau kalo film ini tuh viral. Aslinya, aku emang udah ada niatan untuk nonton film ini sejak Umay Shahab nge-tweet kalo dia lagi garap film based on a song by Amigdala Kukira Kau Rumah. And as a fan of Amigdala, film ini masuk ke watchlist-ku. Aku juga bukan penggemar salah satu atau salah dua pemain filmnya. Jadi, bisa dipastikan kalau review ini akan bersifat objektif, ya.. Dan sebelum itu, aku mohon maaf sekali kalau ada pihak-pihak yang merasa dirugikan oleh review ini dan perlu diingat, aku cuma penikmat film bukan orang yang ahli di bidang itu. Dan... Ups! Review ini mengandung spoiler berat!
REVIEW FILM KUKIRA KAU RUMAH
Hmm, Mungkin untuk kasus Niskala, aku masih bisa maklum. Tapi buat Pram? Big no.
Itu keliatan jelas banget waktu Pram nyuruh Kala 'bolos' kuliah demi bisa manggung di kafe tempat dia kerja part time. Abis itu, aku langsung ngerasa kalau Pram ini bawa negative vibes banget buat Niskala.
Yang bikin kesel lagi, yaa bapaknya Niskala. Anaknya yang 'sakit', tapi bapaknya yang gila. Harus banget diedukasi. Kurangnya film ini, Kukira Kau Rumah gak ngasih solusi (kurang mengedukasi) ke penonton perihal cara-cara menghadapi orang yang senasib-sepenanggungan kayak Niskala. Bener kata Niskala, di film ini kondisi Kala bergantung banget sama obat dan obat. Cara menyikapi social life-nya Niskala tuh kurang dijelaskan secara mendetail. Nope, mungkin emang tujuan utama film ini untuk menghibur penontonnya aja kali yaa. Jadi aspek-aspek penting lainnya gak begitu ditampilkan.
Konfliknya juga gak seribet yang aku kira. Aku kira, konfliknya bakal ribet banget sampe penontonnya kebawa stres di dalem bioskop. Tapi ternyata gak gitu. Ditinggal main hape 5 menit juga gak akan ketinggalan alur ceritanya. Gampang ketebak, udah kayak lagi nonton sinetron di channel ikan terbang. Dan resolusi di ceritanya juga bisa dibilang ... gak ada. Jadi, waktu 90 menit itu masih dirasa kurang dan gak menyelesaikan apapun.
*Resolusi di sini merujuk pada penyelesaian masalah
Ending-nya gimana?
Menurutku, ending-nya bakal buat kalian ngong ngang ngong ngeng di bioskop. Ending yang cukup mindblowing sekali sampai kalian ngerasa gak abis pikir sama akhir ceritanya yang gak bisa ketebak. Untuk beberapa saat, aku hampir percaya banget bakal ada bonus scene kecil-kecilan sehabis credit scene kayak film-film Marvel lainnya. My bad. Kayaknya aku harus mengurangi intensitas nonton film keluaran Marvel deh biar gak berharap lebih di bioskop. Eh, tapi mana bisa! Ahahah.
Overall, ceritanya cukup bagus tapi tidak sebagus review yang nongol di fyp-fyp TikTok kalian itu hehehe. Worth it kah? Yah, lumayan. Tapi tidak ramah bagi jomblo (apalagi yang ngenes banget, karena BANYAK KONTEN UWU BERTEBARAN).
Tapi dibanding alur ceritanya, aku lebih suka sama soundtrack filmnya. Garapan Andi Rianto mana bisa gagal, sih? Ditambah, aku yang juga penggemarnya Amigdala. Psst! Aku lebih suka Belenggu versinya Jourdy.
Dan yang sedikit mengganjal sih ada di judulnya. Aku pikir Kukira Kau Rumah gak cukup relate sama isi filmnya. Mungkin judul Belenggu lebih bisa masuk ke ceritanya. Tapi, yah, interpretasi orang terhadap lagu itu kan macem-macem.
Aku sengaja gak bahas akting para pemeran utamanya karena seperti yang udah kita ketahui, Prilly jago banget mengekspresikan apa yang karakternya rasa. Penonton ikut kebawa sedih dan ikut capek juga tiap Niskala tantrum. Film ini sedikit banyak mengingatkan aku sama series Prilly dan Jourdy sebelumnya: I Love You Silly.
Teruss.. Gak tau kenapa, tapi aku ngerasa vibes-nya kayak lagi nontonin film final project buatan mahasiswa perfilman atau film-film yang biasa tayang di event Festival Film gitu...
Kalau dibilang film ini belum siap tayang, bisa jadi. Karena ada beberapa hal yang mengganjal lainnya (selain hal-hal di atas) kayak Niskala yang masih bisa kuliah saat bapaknya sendiri gak ngizinin dia untuk keluar rumah. Kalau mau ditelusuri (biar lebih relate) harusnya bapaknya tau dong kalau Kala ambil kuliah karena ... Niskala gak bayar semesteran apa? Kalau bayar semesteran, gimana caranya nutupin dana jutaan buat bayaran? Yah, tapi udah lah yaa.. Buktinya film ini berhasil dapat ratusan ribu penonton di hari penayangan ketiganya. Film ini bagus berarti, 'kan?
Terakhir, rating dariku buat film ini?
1 Komentar
Sangat disayangkan, ternyata band amigdalanya sendiri punya konflik yang cukup serius dan fatal (menurutku) sehingga aku gak bisa lagi menyukai amigdala seperti sebelumnya
BalasHapus~ Treat People With Kindness ~